Rabu, 30 Januari 2008

Pak Harto Wafat


Innalillahi wainna illaihi rojiun... telah berpulang ke rahmatullah seorang pemimpin besar yang telah meletakkan bangunan kokoh di negeri ini, meskipun di akhir masa kepemimpinannya bangunan kokoh itu ambruk berantakan digerogoti oleh rayap-rayap yaitu para pembantu dekatnya yang ambivalen.
Pak Harto telah menjadi sejarah. Ditengah hujatan dan kritikan saat menyatakan berhenti di bulan mei 1998 dan diantara tangisan para pecintanya yaitu sebagaian besar dari rakyat di negeri ini atas wafatnya beberapa hari yang lalu, saya ingin menyatakan pandangan saya tentang pak Harto dari sisi beliau sebagai muslim yang khusnul khotimah.
Tuhan banyak memberikan kemurahan pada diri pak Harto melalui banyak i'tibar yang bisa petik maknanya. Mengapa pak Harto tidak diambil oleh Yang Maha Kuasa ketika arus demonstrasi besar-besaran melanda negeri ini akibat krisis multi dimensi?
Mengapa pak Harto tidak wafat pada saat negeri kita sedang berbenah di jaman pak Habibie? Mengapa tidak juga pada masa Gus Dur atau masa Ibu Megawati? Mungkin Tuhan ingin menunjukkan kepada kita semua bahwa pada dasarnya pak Harto itu orang baik dan berjasa pada negeri ini, sehingga di masa wafatnya berhak atas perlakuan yang sepantasnya oleh negara maupun rakyatnya.
Rakyat pelosok kecil rela antri berjam-jam, berpanas-panasan, kehujanan, untuk memberikan penghormatan terakhir kepada pak Harto yang mereka yakini telah memberikan pengabdian terbaik kepada rakyat kecil.
Kemarin saya lihat di pasar, banyak orang memburu uang kertas gambar pak Harto senilai limapuluh ribuan untuk dibeli hingga empat kali lipat harganya. Mereka tidak merasa rugi mengeluarkan uang untuk membeli sebuah kenangan dan kerinduan terhadap pak Harto.
Hidup di jaman pak Harto dalam persepsi sebagian besar rakyat adalah hidup tenteram, gemah ripah loh jinawi. Di saat sembako yang sekarang melejit tak keruan harganya, mau tak mau saya teringat konsep ekonomi pak Harto yang sangat mendasar yaitu segala upaya dan teori ekonomi haruslah diarahkan kepada pemenuhan Pangan, Sandang dan Papan.
Saya merasakan akhir hayat pak Harto adalah akhir hayat yang khusnul khotimah! akhir hayat yang baik, mendapat penghormatan yang layak baik dari rakyat maupun negara..
Tuhan memberi tenggang waktu hampir 10 tahun kepada pak Harto untuk memperbaiki semua urusan ilahiahnya... dan sepertinya pak Harto telah melakukan semuanya disela-sela sakitnya.
Sebuah senyuman yang tadinya dibenci oleh lawan politiknya, di akhir hanyatnya menjadi senyuman yang indah bagi para penjemput arwah pak Harto... Innalillahi wai nna illaihi rojiun. Selamat Jalan pak Harto... Selamat Jalan Bapak Pembangunan, Selamat Jalan pemimpin besar, Selamat Jalan.....

Minggu, 13 Januari 2008

Pak Harto


Pak Harto
Adalah sebuah icon politik yang tak pernah selesai dikupas dan dibicarakan.
Hidup pada jaman pak Harto adalah hidup dalam masa keemasan sebagian besar rakyat Indonesia : pangan, sandang dan papan bisa begitu murah. Yang jelas minyak tanah gak pernah ngantri!
Ya, dalam periode 25 tahun (1967-1981) menjalankan pemerintahannya menerapkan konsep ekonomi yang sangat sederhana, namun menyentuh langsung hajat hidup rakyatnya:
Rakyat Indonesia harus cukup makan (pangan)
Rakyat Indonesia harus pakai baju (sandang)
Rakyat Indonesia harus punya tempat tinggal (papan)
Pangan, Sandang dan Papan adalah hal fundamental bagi rakyat. Supaya berkesinambungan maka harus ada keamanan (security). Agar keempat pondasi di atas bisa langgeng maka harus didukung kekuatan politik yang single majority! Maka, berdirilah Golkar sebagai kekuatan politik tak tertandingi dalam asuhan pak Harto. Syah-syah saja!
Pak Harto adalah sebuah pribadi yang memesona, betapapun lawan politiknya mengecam habis-habisan, terutama saat bergulirnya reformasi yang diawali krisis ekonomi tahun 1997 dan memaksa pak Harto berhenti sebagai presiden di bulan Mei 1998.
Sekarang pak Harto yang sangat dicintai dan dibenci (di sisi yang lain) terbaring di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), menjalani akhir sebuah proses perjalanan kehidupan ....
Anda boleh bersikap apa saja!
Tapi saya, selalu mendoakan yang terbaik buat pak Harto. Semoga Khusnul Khotimah. Jasa pak Harto pada bangsa ini tidak sedikit. Jasa pak Harto terlalu besar untuk dilupakan.
Pemimpin besar tidak bisa selalu memuaskan semua orang. Semua orang punya kepentingan. Saya mengagumi pak Harto sebagaimana saya mengagumi Bung Karno.
Mereka adalah sejarah bangsa Indonesia!

Jumat, 11 Januari 2008

Renungan di Waktu Luang



Beberapa tahun silam, hampir lewat sepuluh tahun dari sekarang, seorang kawan menulis sebuah artikel : Renungan di waktu luang.

Tak banyak yang saya ingat dari apa yang dia tulis, tapi setidaknya ada hal sederhana yang dia bicarakan. Yaitu tentang sebuah proses menjalani kehidupan, mulai dari bangun pagi, sarapan, berangkat kerja, pulang ke rumah dan tidur. Keesokan harinya dimulai lagi hal serupa ...

Lantas dimanakah sebenarnya nilai tambah dari hidup yang kita jalani ini? Seseorang bisa dibilang workoholik ( .. sakit ya..?..) bila mendapati kehidupan yang sebenarnya hanya di tempat kerja..!

Bagaimana dengan Anda?

Saya sendiri mendapati kehidupan ini kelewat rumit, kadang simpul ganglia otak saya tak mampu mengurai dimana koordinat kehidupan saya.

Saya sering merasa kagum sekagum-kagumnya manakala mendapati orang yang mampu menampilkan kehidupan bertolak belakang dari apa yang sesungguhnya terjadi padanya. In many situations life is so much pretending.

Sabda Rasulullah : Sebaik-baiknya orang adalah yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi orang banyak. Jadi bagaimana menjalani hidup ini adalah melalui berbuat sesuatu dengan nawaitu bermanfaat bagi orang banyak.

Kembali ke topik awal kita tentang renungan di waktu luang: bertafakur (berpikir) sejenak itu lebih baik dari melakukan ibadah ritual 1000 tahun.

Mengapa? Dari proses bertafakur (berpikir) itulah pintu kebenaran terkuak..!

Hidup yang sebenar-benarnya hidup adalah pencapaian diri menuju kepada kebenaran. Seperti sering Anda ikrarkan : Ya Tuhanku, tunjukkanlah diriku pada jalan kebenaran (ihdinas sirothol mustaqim) ... Ummul Kitab.

Selasa, 08 Januari 2008

LIFE IS BEAUTIFUL


I see trees of green, red roses too
I see them bloom for me and for you
And I think to myself, what a wonderfull world ...
(Louis Armstrong)
Bagaimana Anda mempersepsikan kehidupan ini?
Kehidupan seperti benang kusut yang membuat Anda merasa jengah dan ingin Quit dari kehidupan ini?
Ataukah Anda rasakan betapa hidup ini begitu indah, sehingga pepohonan yang hijau dan mawar merah bermekaran nampak begitu indah dirasakan ?
Menyenangkan atau Menyebalkan hidup ini adalah sepenuhnya terserah persepsi Anda! Saya terpesona oleh cerita film Life is Beautiful yang saya tonton pada pertengahan tahun 1998, ketika negeri kita sedang dihantam krisis ekonomi yang luar biasa sehingga banyak orang menjadi "gila".
Anda dan juga saya sebagai orang tua, berkewajiban menanamkan pengertian kepada anak-anak kita bagaimana memandang kehidupan ini dari sisi positifnya. Life is Beautiful bercerita tentang seorang lelaki bernama Guido Orefice yang sangat menikmati kehidupannya.
Di tengah suasana perang berkepanjangan, dimana ia dan isteri serta anak lelakinya Joshua ditangkap dan dimasukkan ke kamp konsentrasi Nazi, Guido sadar bahwa ia tak ingin anak lelakinya yang baru berusia 6 tahun tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Maka dirancanglah sebuah permainan yang melibatkan semua pelaku perang dalam permainan tersebut.
Kepada anaknya dia bilang bahwa kita sedang bermain perang-perangan, dan siapa yang bisa mengikuti permainan ini sampai selesai, nanti akan dapat hadiah naik tank sungguhan.
Betapapun suasana begitu mencekam dan nyawa selalu dalam keadaan terancam, Guido selalu tertawa riang di depan anaknya ... kita segera akan memenangkan permainan ini dan dapat hadiah naik tank..!
Pada akhir cerita Guido mati ditembak, isteri dan anaknya diselamatkan tentara Amerika, naik tank sungguhan! ... Life is Beautiful ....! tergantung Anda. Ya, tergantung persepsi Anda menjalani hidup ini .....

Selasa, 01 Januari 2008

PaRaDoX JaSa MaRga


Sebagai perusahaan Modern, Jasa Marga akan melompat menuju kinerja ekselen. Ups!
Kedengarannya ambisius. Apa sih yang dimaui dari kinerja ekselen? Laba Usaha yang melejitkah?
Kalau sebuah pabrik berkinerja ekselen, maka pabrik itu akan menghasilkan produk bermutu tinggi dengan harga murah karena ongkos produksi dan biaya tetek bengek lainnya rendah.
Bicara tentang kinerja ekselen adalah bicara tentang rasio-rasio. Contohnya: berapa rasio atau perbandingan antara uang yang dikeluarkan untuk membangun jalan tol dengan panjang jalan tol yang dibangun (rp/km), atau berapa jumlah SDM untuk menangani operasional suatu ruas jalan tol sehingga jalan tol tersebut dapat beroperasi menghasilkan uang sesuai jumlah yang ditargetkan (Orang/km), dan seterusnya ....
Bila angka pembilang diperkecil dan penyebutnya diperbesar jadilah kinerja perusahaan Anda dikatakan Ekselen! Gampang kan? Apakah Anda akan bangga dengan prestasi gemilang yang berhasil diraih tersebut?
Hidup ini bukan cuma angka-angka ....
Hidup ini juga bukan cuma rasio-rasio ...
Hidup ini adalah sebuah PARADOX!
Ketika pembilang dikecilkan atau jumlah SDM dikurangi, maka Anda atau perusahaan Anda telah menambah jumlah pengangguran di Republik tercinta ini. Agar Anda tahu saja bahwa dari data World Bank, lebih dari 40% angkatan kerja di negeri kita ini menganggur. Lebih getir lagi World bank juga menyodori data 46,9% rakyat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan.
Jadi, kinerja ekselen adalah sebuah dilema juga ya ....?
Di atas ada buku tentang Paradox of Excelence yang menceritakan perusahaan-perusahan yang justru gulung tikar setelah berhasil mencapai kinerja ekselen.. Coba deh baca ...!