Jumat, 06 Juni 2008

A Beautiful Mind


Saya baru saja menonton film a beautiful mind. Ini yang ketiga kalinya saya menonton film tentang kehidupan nyata John Forbes Nash, yang dimainkan begitu cemerlang oleh Russel Crowe.

Menyelami jalan fikiran John Nash pengidap Skizofrenia (gangguan kejiwaan) bukanlah hal yang mudah. Sorot mata yang dingin dan kosong di antara gejolak emosinya yang tak terkendali cukup mampu memberikan gambaran apa yang sesungguhnya ada dalam fikiran penderita Skizofrenia dan betapa sangat menderitanya ia.

Mengarungi jalan fikiran penderita Skizofrenia adalah seperti berjalan tertatih-tatih melewati sebuah lorong kelabu yang sangat panjang tanpa ujung. Anda seperti dikejar-kejar oleh kekacauan dimensi dan vektor. Ruang, waktu dan arah seperti terbalik-balik. Anda tidak akan pernah bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang khayal. Semua bercampur baur membentuk sebuah kerumitan jalan berfikir yang sangat tidak masuk di akal.

Tiba-tiba saja anda merasa dibuntuti orang-orang, diteriaki dan diancam-ancam bahwa rahasia yang paling dalam otak anda akan dibuka dan diumumkan pada semua orang. Mereka (orang-orang) itu tak henti-hentinya mengolok-olok anda tanpa kenal waktu dan tempat, sehingga Anda akan menjadi kacau sekacau-kacaunya!

John Nash adalah salah satu yang beruntung dari sekian banyak penderita Skizofrenia, yang bisa melepaskan diri dari ganasnya teror Skizofrenia. Di hari tuanya, ia dikukuhkan sebagai penerima hadiah Nobel bidang matematika berkat penemuannya tentang the Game Theory.