Selasa, 09 September 2008

Adakah hari ESOK? (part FOUR)

Posting ini saya dedikasikan buat sahabat penaku Hafid Alimuddin dan mantan isterinya Dwima Larasati, mereka berdua adalah tempatku bercermin diri. Dari mereka aku banyak belajar berbenah ...


Bipolar disorder .... Hafid menggumam lirih, Ia masih belum bisa memahami kenapa anak lelaki yang dicintainya itu harus menderita kelainan ini. Diambilnya lagi buku hariannya yang mulai dipenuhi abu tembakau :

" Aku merasa sangat galau. Obat apa yang sebenarnya cocok buat faris? faris selalu mengeluhkan kepalanya mau pecah. Tiap hari fikirannya dipenuhi halusinasi, iapun kerap berbisik-bisik, bicara sendiri"

"Hari ini aku pandangi faris yang tengah bicara terpatah-patah sambil menepis-nepiskan tangannya seolah hendak menghalau sesuatu yang mengganggunya. Dia bicara tentang dinasti Han, tentang Cau Cau dari kerajaan wei yang katanya sering berlaku curang sampai kepada Nabi Musa, Nabi Sulaeman hingga Nabi Muhamad. Kegelisahannya yang tak pernah henti ini sungguh membuat hatiku tercabik-cabik."

"Faris hendak tidur. Telah berhari-hari tidurnya tak pulas, bahkan sebetulnya faris itu tak pernah tidur malam. Setiap malam pula aku selalu menemaninya tak tidur. Terkadang arasa lelah luar biasa menyergapku setelah bermalam-malam menemani faris. Ayolah ris tiduurr.. ayah juga perlu istirahat.. "

"Waktu telah menjelang berbua..., faris belum juga ada tanda-tanda mengantuk. Kuajak dia ke Tanah Lapang, tempat dimana burung-burung merpati faris diterbangkan. Dia nampak begitu gembira berjingkrak-jingkrak seperti anak TK. Namun seperti biasanya, kegembiraan itu cuma sekejap saja. Kembali dia diliputi kepedihan hati, menangis tak jelas karena apa dia menangis. Sungguh aku benar-benar terkoyak"

"Kalau dibilang kini aku kurus tinggal tulang, iya. segenap fikiranku dipenuhi oleh harapan-harapan semu kesembuhan faris. Betapa memilukan. Rahasia Tuhan apa yang ada di balik semua ini... aku tidak tahu ... aku tidak tahu..."

"Hari-hari berlalu, tak ada yang berbeda.. Dari puasa ke puasa .. dari paedih ke pedih ... Tuhanku janganlah kau dera aku terus menerus ...."

Adakah hari ESOK? (part Three)


Hafid termenung.. diambilnya buku hariannya, sebuah catatan pedih dia tulis:


Sabtu 6 september ..

"Kucoba menyelami apa yang kamu rasakan anakku, telah beberapa tahun ini kamu berganti-ganti dokter, namun sakitmu tak jua membaik. Ya, aku sama sekali tak melihat adanya perubahan yang berarti pada pengobatan dokter-dokter itu, bahkan anakku cenderung bicaranya tak terkontrol. Dalam beberapa minggu terakhir ini, aku merasakan perubahan yang memburuk pada faris. Jalannya oleng dan mulutnya terbuka terus setelah minum obat dari dokter.

Telah tiga tahun ini faris seperti sebuah pribadi yang tak terdefinisikan. segala tindakannya tidak terkontrol, cenderung berbisik-bisik sendiri, seperti menahan rasa tidak nyaman akibat gangguan halusinasi yang berkepanjangan."


"Aku sangat menyayangi faris. Seandainya Allah berkenan menyembuhkan penderitaannya, tentu apapun imbal baliknya aku rela.

Pukul 02.. dini hari ..

Malam ini adalah malam ke sembilan puluh dari hari perceraianku dengan dwima, isteri yang kunikahi lebih dari duapuluh tahun yang lalu dan telah memberiku dua anak yang telah beranjak dewasa. Suratan takdir telah membuat biduk rumah tangga yang telah lama kudirikan kandas disapu gelombang. Aku tak bisa menceritakan lagi kenapa semua ini harus terjadi. Semenjak bercerai, hidupku terasa hampa sekali, sehingga beberapa perempuan sempat singgah di sela-sela masa sepiku"


"Malam ini, aku menulis di buku ini untuk bertanya pada Tuhan yang mengatur jalannya seluruh semesta kehidupan: apakah masih ada harapan aku bisa mengantar kesembuhan faris? Adakah hari esok untuk anakku?