Jumat, 18 April 2008

Yang Saya Kenang dari the GODFATHER



Saya sangat mengagumi Novel karya Mario Puzo "the Godfather" yang telah dibuat filmnya di layar lebar pada awal tahun 70-an. Diperankan oleh aktor gaek Marlon Brando, berkisah tentang kehidupan keluarga mafia, Don Corleone yang kehidupannya merupakan parodi pertautan antara kebaikan dan kejahatan.

Memang ketika film itu diputar saya masih terlalu belia untuk bisa memahami esensi dari apa yang mau disampaikan oleh Mario Puzo. Saat pertama kali menonton film ini saya memang baru berusia 10 tahun. Di usia kecil saya berusaha untuk mencerna dialog-dialog dalam film tersebut, nyatanya memang sulit banget ngertinya. Dua puluh tahun kemudian di awal tahun 90-an ketika saya beranjak dewasa dan diterpa banyak kesulitan, saya kembali menonton film tsb lewat Video Tape VHS yang baru saja saya beli secara kredit, barulah saya bisa mengerti bahwa that"s the real life!


Sebuah kerajaan bisnis keluarga yang dibangun dari kejahatan demi kejahatan yang terbungkus rapih dan dikemas dalam sebuah strata kehidupan yang berbudaya dan tampil elit, yang merupakan seteriotip kehidupan ala mafia.
Pada awalnya tampak sebuah kehidupan yang dicita-citakan hampir setiap manusia yaitu kemewahan, kekuasaan dan hasrat terhadap harta yang melimpah ruah.

Sudah menjadi hukum alam bahwa apabila keluarga dinafkahi dengan harta yang haram, alih-alih akan mendapatkan hidup bahagia, sebaliknya akan berakhir pada celaka.

Mengapa?

Ketika Anda memberi makan kepada anak dan isteri Anda dengan harta haram yang didapat dari korupsi dan kolusi, pernahkah Anda berfikir bahwa saat makanan tersebut ditelan, ia akan dicerna oleh lambung dan usus kemudian diproses menjadi saripati darah merah. Darah itu mengalir keseluruh sistem tubuh kita mulai dari hati, jantung hingga ke ganglia otak, menggerakkan seluruh tindakan: sombong, bohong, tamak dan angkara murka?!

Apa yang mengesankan dari the Godfather ini?

Sebuah realita kehidupan. Bahwa di muka bumi ini banyak orang yang berhasrat mencapai segala sesuatu dengan menghalalkan segala cara: kekuasaan, kesewenang-wenangan, penindasan, kebohongan, kesombongan dan sifat-sifat iblis lainnya, yang ujung-ujungnya semua akan berbalik menimpa diri sendiri.