Jumat, 11 Januari 2008

Renungan di Waktu Luang



Beberapa tahun silam, hampir lewat sepuluh tahun dari sekarang, seorang kawan menulis sebuah artikel : Renungan di waktu luang.

Tak banyak yang saya ingat dari apa yang dia tulis, tapi setidaknya ada hal sederhana yang dia bicarakan. Yaitu tentang sebuah proses menjalani kehidupan, mulai dari bangun pagi, sarapan, berangkat kerja, pulang ke rumah dan tidur. Keesokan harinya dimulai lagi hal serupa ...

Lantas dimanakah sebenarnya nilai tambah dari hidup yang kita jalani ini? Seseorang bisa dibilang workoholik ( .. sakit ya..?..) bila mendapati kehidupan yang sebenarnya hanya di tempat kerja..!

Bagaimana dengan Anda?

Saya sendiri mendapati kehidupan ini kelewat rumit, kadang simpul ganglia otak saya tak mampu mengurai dimana koordinat kehidupan saya.

Saya sering merasa kagum sekagum-kagumnya manakala mendapati orang yang mampu menampilkan kehidupan bertolak belakang dari apa yang sesungguhnya terjadi padanya. In many situations life is so much pretending.

Sabda Rasulullah : Sebaik-baiknya orang adalah yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi orang banyak. Jadi bagaimana menjalani hidup ini adalah melalui berbuat sesuatu dengan nawaitu bermanfaat bagi orang banyak.

Kembali ke topik awal kita tentang renungan di waktu luang: bertafakur (berpikir) sejenak itu lebih baik dari melakukan ibadah ritual 1000 tahun.

Mengapa? Dari proses bertafakur (berpikir) itulah pintu kebenaran terkuak..!

Hidup yang sebenar-benarnya hidup adalah pencapaian diri menuju kepada kebenaran. Seperti sering Anda ikrarkan : Ya Tuhanku, tunjukkanlah diriku pada jalan kebenaran (ihdinas sirothol mustaqim) ... Ummul Kitab.