Hafid termenung.. diambilnya buku hariannya, sebuah catatan pedih dia tulis:
Sabtu 6 september ..
"Kucoba menyelami apa yang kamu rasakan anakku, telah beberapa tahun ini kamu berganti-ganti dokter, namun sakitmu tak jua membaik. Ya, aku sama sekali tak melihat adanya perubahan yang berarti pada pengobatan dokter-dokter itu, bahkan anakku cenderung bicaranya tak terkontrol. Dalam beberapa minggu terakhir ini, aku merasakan perubahan yang memburuk pada faris. Jalannya oleng dan mulutnya terbuka terus setelah minum obat dari dokter.
Telah tiga tahun ini faris seperti sebuah pribadi yang tak terdefinisikan. segala tindakannya tidak terkontrol, cenderung berbisik-bisik sendiri, seperti menahan rasa tidak nyaman akibat gangguan halusinasi yang berkepanjangan."
"Aku sangat menyayangi faris. Seandainya Allah berkenan menyembuhkan penderitaannya, tentu apapun imbal baliknya aku rela.
Pukul 02.. dini hari ..
Malam ini adalah malam ke sembilan puluh dari hari perceraianku dengan dwima, isteri yang kunikahi lebih dari duapuluh tahun yang lalu dan telah memberiku dua anak yang telah beranjak dewasa. Suratan takdir telah membuat biduk rumah tangga yang telah lama kudirikan kandas disapu gelombang. Aku tak bisa menceritakan lagi kenapa semua ini harus terjadi. Semenjak bercerai, hidupku terasa hampa sekali, sehingga beberapa perempuan sempat singgah di sela-sela masa sepiku"
"Malam ini, aku menulis di buku ini untuk bertanya pada Tuhan yang mengatur jalannya seluruh semesta kehidupan: apakah masih ada harapan aku bisa mengantar kesembuhan faris? Adakah hari esok untuk anakku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar