Senin, 01 September 2008

Adakah hari ESOK? (part TwO)



Ramadhan memasuki hari kedua, hafid belum juga bisa menerima kenyataan pahit ini. Telah lebih dari tigabulan berlalu biduk yang dinahkodainya karam. Ia masih sangat mencintai dwima, wanita yang 20 tahun lalu ia nikahi setelah melalui perjalanan panjang selama lebih dari 10 tahun, dan telah memberinya dua anak yang mulai tumbuh dewasa.

Kepulan asap tembakau tak putus barang sejenak dari serak bunyi paru-parunya. " ris maafin ayah...." dia selalu menyebut faris anak laki-lakinya yang tak bisa jauh dari hafid namun terpaksa harus berjauhan karena keputusan pengadilan terhadap hak asuh anaknya tersebut ada pada ibunya.

Faris telah lama mengalami delusi yang hebat, setiap malam dia selalu menjerit-jerit ketakutan dan meminta didekap ayahnya. Biasanya pada jam 9 malam tepat hafid akan memberi seroquel 200 mg, depacote 300mg dan ativan 2mg untuk menenangkan anak lakinya yang mulai kehilangan keseimbangan emosional bila memasuki malam hari. Ini telah dilakukan hafid selama bertahun-tahun, sejak anaknya divonis menderita bipolar disorder, yaitu sejenis gangguan psikosa yang disebabkan kegagalan neuro transmiter otak menyalurkan informasi ke pusat pengendali rangsangan di dalam otak yang paling tersembunyi.

"Ayah, aku mau menciptakan behamut* (sejenis himar bersayap dari besi) untuk membawaku jalan-jalan ke Sorga yah.." .... "Ayah, aku dijahatin orang nih yah" ..."Ayah, mereka mengerjaiku yah, tolongin aku yah, aku dikambingin* nih yah...! Setiap kali ketika gangguan psikosa itu mendera, faris selalu menyampaikannya dengan bahasa-bahasa yang menguliti perasaan hafid. Bahasa yang dalam tata komunikasi normal tak bisa dipahami dan hanya hafid dan faris lah sesungguhnya yang faham.

Tak hanya sekali dua kali faris mengiris nadinya, untuk lari dari deraan delusi yang menghebat ... "Tolongin aku yaaahhh......!".

Hafid mencoba meraih hp nya ditekannya subuah nomor, lamat-lamat terdengar suara dwima : Ya, Fid kamu tenang aja, faris baik-baik saja kok.. dia lagi tidur sekarang. Bagaimana fid, apakah kamu setuju dengan rencanaku untuk penanganan anak kita. Saya akan mengirim faris ke pusat rehabilitasi kesehatan mental, di Rs Dharmawangsa atau di Rs Thamrin.

Hafid tak bisa menjawab ..... dia sedang memikirkan hal yang paling tidak diinginkan dalam membesarkan anak lakinya .. "Aku keberatan dwi, kalau anakku jadi pasien rumah sakit jiwa ..." "Aku tidak tega ... aku tidak bisa menerima ... aku .... aku... " Hafid tak bisa meneruskan. Ditutupnya Hp, dan diraihnya sisa-sisa tembakau untuk disenyawakan dengan paru-parunya yang telah lama mengalami peradangan bronkea.

Tak berapa lama hp nya berderit masuk SMS : "Hidup ini tak banyak pilihan. Kalau aku boleh memilih, maka aku ingin faris memiliki hari esok ..."

Tidak ada komentar: